Kamis, 24 November 2016

kumpulan puisi keresahan





“ Rinduku ”

                                                                                                                       
Sesejuk angin di peraduan cinta
Berbisik mesra di bawah bulan biru
Membelai jiwa di pembaringan sepi
Duduk menanti pencinta ditenga malam gulita

Menjunjung tinggi sabda-sabda diantara
Sajak –sajak pengembara dan
Bertasbih memohon pertolongan pada yang Esa

Dinding hati mengkultuskan zikir
Menuliskan aksara-aksara menjadi
Relief-relief indah di atas kitab
Bertahta

Ombak masih suci dengan sedikit tawa yang riang
Menghantam batu karang yang diam tanpa kata mengucap
Kata menyerah pada ombak di laut mati

Sedang anak-anak menangis keras disudut negri
Menahan lapar yang berkepanjangan dibawah
Garis tiang jembataan Ampera

Ada serdadu-serdadu yang mati kena bom di danau
Ada bayi-bayi mati kelaparan di biyanga tapi aku ingin mati disisimu sayangku,
Setelah kita telah bosan hidup.
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal, tentang bunga
Dipandalawangi

Akankah nasip akan membawaku padamu
Ataukah sampai matipun aku tidak akan bertemu
Lagi denganmu sayangku

Aku ingin mati disisimu sayangku
Aku ingin hidup lebih lama denganmu
Menghabiskan cerita dan derita dibawah bulan purnama

Aku ingin bercerita tentang jiwaku
Tentang dirimu
Tentang kita
Cerita yang dulu perna kita punya.


Akankah aku akan mati disisimu sayangku
Saat kau tak lagi disini bersamaku
Akankah aku akan mati dalam perjuangan ini
Tanpa dosa yang ku tinggalkan di negriku
Akankah aku mati disini tanpa ada dosa kepadamu
Apakah aku akan mati disini tanpa melihat wajah indahmu.


Aku ingin mati di sisimu sayangku……!!
Aku ingin kau melihatku mati ditengah perjuangan
Aku ingin mati dalam perjuangan ini
Dengan darah perjuangan perlawanan.

Karya: suryanto rauf




























“ MATAHARI YANG MEMUDAR “

Tertutup suda tirai yang ku lukis bersama mu
Terang tak lagi terasa karna badai hitam datang menyapa
Cahya tak terlihat di tengah gelap
Entah pada siapa lagi kehangatan harus ku adu.

Rintik hujan menyempatkan raga
Menyentuh jiwa menyegarkan rasa
                                                                        Namun
Kehangatan tak terasa kala engkau berlalu dalam pelukan

Jiwa seakan mati oleh sabda cinta yang tak lagi tertuntun
Gugusan daun kering menjelma menjadi sampa
Seakan matahari tak lagi menyempatkan waktu menyentuh kehangatan kalbu
Saat musafir lama kembali mengurai sabda-sabda cinta
di bawah ranting yang tertumpuk oleh kelamnya kehidupan

Ia bersabda tentang cinta yang telah lama hilang dan akan
di pertemukan oleh takdir yang telah di gariskan
Kini  demi melerai waktu siangpun tak lagi tunduk pada sang pencinta kehidupan
Memujahnyapun tak lagi ada sebab, matahari telah memudar

Karya: suryanto rauf

 

“Tak lagi sama”

 

Embun pagi menyapa dengan lembut
Menghilangkan dahaga pagi dengan kesejukan
Namun matahari tak mau kala mengertakan diri menyapa sang embun
seakan tak rela embun di cumbu yang lain

 

Dengan kejamnya matahari menjilat embun yang bening

di atas bunga teratai membuat yang lain menderita karna lemah

Sempurlah suda penderitaan musafir

gelandangan yang hidup di negri budaya Kapitalis

 

Hanya bisa Ternganga melihat matahari merampas haknya

Sedang yang sadarpun tak bias apalagi dirinya yang hanya anak pemulung

Geram tangis bumi menjelma menjadi bencana menyesali tindak tunduk anak yang durhaka

 

Dunia yang dulu indah buyar hanya karna egoism

Dunia yang indah pudar hanya karna ketamakan manusia pendosa

Dunia tak lagi sama seperti dulu

Melerai berjalan sendiri seperti daun kering yang gugur dari dahan tangkainya

 

 

Karya: suryanto rauf

 

 





“ Kelam oleh penderitaan ”


Aku menanti fajar di ujung pagi
Menggerutu di balik cermin kehidupan
Menangis di tenga malam bisu

Mengurai senyum dalam penderitaan
Memulai senyum bersama sujud subhu
Menangis diatas sajadah panjang
Kala Mengucap doa disaat duha

Terbaring lemah di balik kamar
Menggigil dingin dikala pagi
Di ujung jari aku merasa kedinginan

Aku kelam oleh penderitaan
Menangis di bawah seruling jingga

Buku berceceran dilantai kamar
Lembar-lembaran kusam tertumpuk
Dalam kamar dan membuat debu

Berserakan bersama tinta kehidupan
Menggaris luka dalam kelamnya penderitaan
Menulis sajak serta puisi subhu dan duha

Tubuh lemah terbaring lesu
Bersama luka di hati
Cerutu dan air mata menetes di pipi
Mengisahkan tragedy cinta yang
Kelam oleh penderitaan

Dunia ikut menangis
Melihat aku yang tak lekang oleh penderitaan.


Karya: suryanto rauf 






        “ Kekasihku “

Kekasihku
bukan aku sengaja melupakanmu
Kau tau bagaimana diriku
Kau tau siapa aku sebenarnya

Kekasihku
Bukan aku tak ingin menjagamu
Saat engkau sedang takut
Aku hanya ingin kau kuat tanpa aku

Kekasihku
Bukan aku tak sayang padamu
Ketahuilah aku takan perna
Berdusta di hadapan tuhan

Kekasihku
Demi perjuangan ini
Demi cinta ini
Demi kemerdekan ini
Maka ikhlaskanlah aku
Pergi jauh

kekasihku
Relakan aku pergi
Relakan aku berteriak melawan
Tirani di negri ini,
Dan lindungilah aku
Bersama doa-doamu

Perjuangan ini masih panjang kekasihku
Sebutlah selalu namaku didalam doa-doamu
Ingatlah aku selalu dikala kau sedang sendiri

Kekasihku
Aku tak ingin melukaimu
Aku tak ingin membuatmu bertanya
Karna sepantasnya
Aku hanyalah milikmu


Kekasiku
Aku berjuang bukan hanya untuk negri ini
Aku berjuangan bukan hanya untuk bangsa ini
Aku berjuang bukan hanya untuk masyarakat
Karna sesungguhnya
Perjuangan ini juga tidak terlepas dari
Aku memperjuangkan cinta kita, maka
Pahamilah aku
Pahamilah perjuangan ini

Kekasihku
Hingga nantinya perjuanganku
Telah usai dan aku tak dapat terselamatkan
Maka janganlah menangis diatas pusaraku
Tapi doakanlah aku agar aku selamat agar  
Didunia yang lain kita berdua
Masih bisa di pertemukan kembali

Kekasihku
Kaulah jantungku
Kaulah nafasku
Kaulah nadiku
Kaulah mataku
Dan kau adalah segalanya
Dari hidupku
Karna kaulah hatiku

Karya: suryanto rauf




















“ Kepergianmu ”

Usai  suda kita bercerita
Usai suda kita berbahagia
Usai suda kita tertawa

Kau pergi dengan begitu cepat
Kau pergi meninggalkan tangis
Kau pergi meninggalkan kami

Duka masih terasa
Saat kau melampaikan tangan
Untuk yang terakhir kalinya

Kini hanya fotomu yang bisa kulihat
Kini hanya kenangan indah bersamamu
Yang bias ku ingat

Kau telah pergi kepangkuan-Nya
Kau telah pergi menemui-Nya lebih dulu
Mungkin karna kau terlalu disayang
Mungkinpula karna kau adalah yang terbaik

Itulah kenapa kau
Sangat cepat di ambil
Sahabatku, bahagiamu adalah surgamu
Bahagiamu adalah bahagia kami disini

Akan ku ingat selalu dirimu
Akan ku ingat selalu kata-katamu
Akan ku ingat selalu nasihatmu

Selamat jalan sahabatku
Doaku akan selalu bersamamu
Selamat tinggal sahabat
Bahagialah ditempatmu

Semoga surga adalah tempat
Persinggahan terakhirmu di
Sana sahabatku

Karya: suryanto rauf


“ Wanita  berkerudung biru “

Senyum indah memudar di antara keramaian
Yang menjaga dirimu
Menipu diriku di balik cermin kehidupan

Duhai kau wanita berkerudung biru
Engkau telah mencuri waktu senggangku
Engkau telah mencuri hati pujangga
Yang lama tak mengenal arti cinta

Senyummu mendamaikan hati
Tawamu meluluhkan waktu
Diammu membunuh jiwaku
Oleh kabut yang tak mau berdusta

Wahai engkau wanita berkerudung biru
Siapakah dirimu..?
Siapaka sosok dibalik dirimu..?
Apakah telah ada yang mencuri hatimu..?

Harapan tumbuh ketika ku pandangi wajah indahmu
Dibalik kerudung biru milikmu,ingin ku kenalkan diriku
Padamu namun aku takut melanggar hukum
Tuhanmu

Wajah cantik
Kening yang tebal
Senyum yang indah
Sikap yang ramah

Damai kala ku pandang
Damai kala ku duduk disampingmu
Damai kala ku dengar suaramu

Wahai kau wanita berkerudung bisu
Kenapa kau begitu mempesona
Hingga hati yang telah ku tutup rapat untuk
Cinta ini seakan tergoyahkan

Siapakah sosok dibalik cermin hidupmu
Siapakah guru yang mengajarimu
Dimana tempat biasa kau lihat wajah indahmu
Dimana kau menghadapkan wajahmu
Siapakah yang telah membuat dirimu tunduk..?


Karya : suryanto rauf





“Dongeng siang”


Ada sebuah bangsa yang kaya
Dibumbui dengan emas, tima
,minyak,batu bara dll

bangsa ini tumbuh berbagai
 bunga
Ada bunga matahari
Ada bunga mawar
Ada bunga melati
Ada bunga cempaka dan ada bunga yang lain

Di Negara  ini tumbuh banyak suku dan budaya
Ada bugis, ada Maluku, ada jawa dan ada
Yang lainnya

Awalnya bangsa ini aman dan makmur
Namun karna dikolonisasi oleh
Manusia berjiwa tikus dan babi
Maka negri ini terkunkung di bawah
Kekuasaan Negara adidaya


Hedonism, tumbuh mengagantikan bunga mawar
Apatis tumbuh menggantikan bunga matahari
Pragmatis tumbuh menggantikan bunga cempaka

Bangsa yang melalang bulana
Miris hati melihat krop dan scenario yang ada
Budaya bangsa diganti menjadi budaya barat
Selebriti semakin di puja dan budaya
Semakin tertinggal

Negri yang malang
Menangis membentak namun
Apa hendak di kata
“ melawan bangsamu akan lebih berat”

Wahai roh para smengit, roh para gurumi, roh para kapita
Datangkanlah alam ini dan bentengilah perjuangan kami
Untuk melawan penindasan di negri ini.

Karya: suryanto rauf

1 komentar:

  1. sands casino review - SEPT CASINO
    Sands casino review. Sands Casino 바카라사이트 review Before 샌즈카지노 entering this casino we recommended all players to take a  Rating: 4.1 · ‎13 votes 제왕 카지노

    BalasHapus